Senin, 18 Maret 2013

Pembudidayaan Terumbu Karang

Sampela Kreative mencoba membagi informasi kepada anda yang mungkin pernah dengar, daerah yang terkenal memiliki terumbu karang terbaik yaitu didaerah NTB. Salah satu daerah yang menjadi salah satu tujuan wisata asing yang dilestarikan, tapi ada aja orang2 yang gak bertanggung jawab merusak ekosistem terumbu karang disana, lalu gimana cara nanggulanginnya. Untuk waktu jangka panjang ada yang dinamakan Teknologi Transplantasi terumbu karang, jadi artinya batu karang yang ditanam atau dicangkok melalui media2 yang digunakan. Transplantasi merupakan suatu cara efektif untuk menumbuhkan terumbu karang, meski butuh waktu yang lama tetapi cara ini merupakan salah satu upaya konservasi yang perlu dilakukan dan disosialisasikan. Media untuk transplantasi terumbu karang biasanya berpipa dan berlubang/kerucut, pemilihan media ini agar ikan-ikan masih dapat berenang bebas disekitar media tersebut, pipa yang dipasang berfungsi untuk mengikat karang kecil. Untuk anda yang penasaran yang ingin mengetahui bagaimana cara pembudidayaan terumbu karang anda lansung bisa baca info dibawah ini.

melestarikan trumbu karang

Ekosistem Terumbu Karang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pusat keanekaragaman hayati laut dunia, terutama terumbu karang terletak di kawasan segitiga karang. Kawasan ini meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya wilayah tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2.
Indonesia sendiri memiliki luas total terumbu karang sekitar 51.000 Km2 yang menyumbang 18% luas total terumbu karang dunia dan 65% luas total di coral triangle. Saat ini, kepulauan Raja Ampat di Papua Barat merupakan kepulauan dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dipimpin oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat.
Eksploitasi berlebihan pada sumberdaya hayati sekarang ini menjadi isu kritis, dan menjadi masalah dari manajemen biodiversiti. Isu terakhir yang banyak menyita perhatian adalah kerusakan terumbu karang (coral reef), karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut. Selama setengah abad terakhir, kualitas terumbu karang (coral reef) di pulau-pulau kecil Indonesia telah turun hingga 50 persen. Tercatat antara tahun 1989-2000, keberadaan terumbu karang dengan tutupan karang hidup sebesar telah menurun dari 36 persen menjadi 29 persen.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari tugas pembuatan makalah pelestarian terumbu karang ini adalah untuk memahami betapa pentingnya ekosistem terumbu karang bagi kehidupan laut dan pesisir.
Sedangkan tujuan dari tugas pembuatan makalah pelestarian terumbu karang ini adalah agar mampu memberikan pendapat ataupun gagasan terhadap pentingnya pelestarian ekosistem terumbu karang serta kemungkinan solusi yang dapat diberikan terhadap studi kasus yang terjadi pada pengrusakan ekosistem terumbu karang.

1.3 Ruang Lingkup Penyusunan Makalah :

1. Kehidupan Terumbu Karang
2. Manfaat terumbu karang
3. Perkembangbiakan Terumbu Karang
4. Permasalahan / Studi Kasus serta solusi penanganan permasalahan yang terjadi
5. Peraturan perundang-undangan yang mendukung pelestarian Terumbu Karang

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan serta ruang lingkup penyusunan makalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
berisi tentang kehidupan terumbu karang yang meliputi: perkembangbiakan Terumbu Karang; manfaat Terumbu Karang; cara makan Terumbu Karang/hewan Karang; serta peraturan perundangan yang mendukung pelestarian Terumbu Karang.

BAB III STUDI KASUS
berisi tentang kasus-kasus permasalahan kerusakan Terumbu Karang serta dampak yang ditimbulkan akibat dari kerusakan Terumbu Karang tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN
berisi tentang teknologi ataupun metode-metode pengelolaan terhadap Terumbu Karang.

BAB V KESIMPULAN
berisi tentang kesimpulan secara umum yang merupakan hal utama dari isi makalah Pelestarian Terumbu Karang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terumbu Karang
terumbu-karang-225x300Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.

Gambar 2.1 terumbu Karang


Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.


karang3laut-bunaken


Gambar 2.2 Terumbu Karang

Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.



Gambar 2.3 struktur polip
Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.
Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.
Ekosistem ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas, yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya.
Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.
Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata bahari.

2.2 Kehidupan Terumbu Karang

2.2.1 Perkembangbiakan Terumbu Karang
Karang berkembang baik secara seksual dan aseksual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.

Keterangan :
Siklus reproduksi karang secara umum adalah sebagai berikut,
Telur & spema dilepaskan ke kolom air (a) → fertilisasi menjadi zigot terjadi di permukaan air (b) → zygot berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air . Bila menemukan dasaran yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar (c) →planula akan tumbuh menjadi polip (d) → terjadi kalsifikasi (e) → membentuk koloni karang (f) namun karang soliter tidak akan membentuk koloni.

Hewan karang hidup bersimbiosa dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Alga ini juga hidup bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa (Tridacna spp), anemon laut dan coelentrata lainnya.
Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zooxanthelae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae.

Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal dari proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Sebagai timbal balik, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.
Pertumbuhan Karang Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun . Jadi terumbu yang kita lihat sekarang ini telah berumur lebih dari 10.000 tahun.

2.2 Perbandingan Reproduksi Aseksual dengan Seksual

2.2.2 Cara Makan Terumbu Karang
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.


2.2.3 Kondisi Pertumbuhan Optimal Terumbu Karang
Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° - 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Karena itulah terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewati aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.
Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 - 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman iebih dari 90 m.

Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.
2.2.4 Penyebaran Terumbu Karang
Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat di Indonesia, Pilipina, Australia Utara dan Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.
Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Irian Jaya, Pulau Jawa, Kepulauan Riau dan pantai Barat Sumatera.

2.2.5 Fungsi Terumbu Karang

Pelindung ekosistem pantai

Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.

Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut

Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 300 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang

Sumber obat-obatan

Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.

Objek wisata

Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.

Daerah Penelitian

Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.

Mempunyai nilai spiritual

Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata


Peraturan Perundangan yang Mendukung Pemeliharaan Terumbu Karang
Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3 dinayatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan berkelanjutan. Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan - peraturan,di antaranya:

1. UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.
2. UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan.
3. UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem.
4. UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan.
5. Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNomor 04 Tahun 2001 mengenai kriteria baku mengenai kerusakan terumbu karang.
7. Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember 1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Hutan Laut.
8. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut, situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
9. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang - ditujukan kepada Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia.

BAB III
STUDI KASUS KERUSAKAN TERUMBU KARANG Di INDONESIA


3.1 Umum
Ekosistem terumbu karang mempunyai sifat kelenturan dan ketahanan yang tinggi, terlihat dari kemampuannya bertahan di muka bumi ini selama lebih dari ratusan juta tahun. Namun, apabila tekanan yang terjadi sekarang ini dapat menimbulkan kematian dan kepunahan. Dikategorikan dua jenis ancaman terhadap terumbu karang, yakni ancaman manusia (anthropogenik) dan ancaman alam. Tapi sepertinya ancaman manusia lebih berbahaya dibandingkan dengan alam. Perkembangan yang sangat pesat di daerah pesisir sangat mengancam kondisi terumbu karang. Terlebih lagi belum adanya sistem pengelolaan secara menyeluruh di daerah pesisir.
Phenomena alam yang paling umum menimbulkan kerusakan pada terumbu karang antara lain badai, angin puyuh, tsunami, El Nino (kemarau panjang), efek rumah kaca (green house effect), ekspos terhadap udara (aerial exposure), perubahan iklim (climate change). Sedangkan ancaman dari manusia adalah pertumbuhan dan perkembangan manusia di wilayah pesisir. Peningkatan pertumbuhan dan perkembangan penduduk ini mengakibatkan meningkatnya masukan material dari sungai (run-off). Masukan dari sungai ini kemungkinan besar membawa beberapa bahan seperti sedimen dalam jumlah besar akibat pembukaan lahan; unsur hara berlebih dari pertanian (pupuk, pestisida, insektisida), limbah rumah tangga, pasar dan industri.
Terumbu karang juga mendapat ancaman dari perahu dan kapal-kapal yang melintas di kawasan ini. Kapal-kapal tanker sering membuang air cucian kapal (ballast) ke kawasan ini pada saat mereka melintas. Demikian pula dengan kapal komersial lainnya yang sering membuang oli-oli bekas ke perairan. Hal lain adalah pembuangan jangkar yang dilakukan baik oleh kapal ikan, kapal wisata dan kapal-kapal lainnya.
Wisatawan seringkali menimbulkan kerusakan pada terumbu karang. Pada rataan terumbu (reef flat) wisatawan akan menginjak-injak terumbu. Oleh karena itu tidak dianjurkan untuk memanfaatkan rataan terumbu pada saat kondisi surut (low tide) bagi wisatawan. Khusus bagi penyelam pemula seringkali tidak dapat mengontrol kaki mereka, sehingga menendang dan mematahkan karang. Oleh karena itu dianjurkan bagi pemula untuk menyelam di area yang terbuka dan didominasi oleh pasir dan karang mati/rubble. Dan banyak sekali wisatawan yang mengambil terumbu karang atau biota lainnya sebagai souvenir. Sebagai wisatawan yang baik kita seharusnya berprinsip: take only pictures, leave only bubbles.